Semua orang saat ini mengalami masa yang sangat sulit, terkhusus bagi mahasiswa sekarang. Belum saja berlalu pandemi wabah saat ini, mahasiswa sudah banyak ditimpa masalah yang bertubi-tubi. Mulai dari pembatalan pemotongan SPP yang dilakukan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), aktivitas kuliah yang dirumahkan sehingga harus mengeluarkan uang pribadi untuk membeli kuota disaat keadaan ekonomi yang tidak karuan, pemberian tugas yang sudah tidak lagi sesuai dengan porsinya dan masih banyak masalah yang tertuang dalam status Whatsapp yang saya baca.
Kita sama-sama mengetahui bahwa pada tanggal 6 april 2020 Kemenag RI mengeluarkan surat edaran tentang pengurangan SPP/UKT PTKIN akibat pandemi Covid-19, namun pada tanggal 20 April Kemenag RI mengeluarkan kembali surat edaran tentang pembatalan pengurangan SPP/UKT PTKIN. Setelah terbitnya surat edaran tentang pemotongan SPP/UKT mahasiswa menunggu kepastian tentang tindak lanjut dari surat edaran tersebut, namun pada akhirnya mahasiswa hanya menuai kekecewaan, bagaimana tidak mahasiswa sudah lama menanti kepastian dan tiba-tiba surat edaran tentang pembatalan pemotongan SPP/UKT itu terbit disaat mahasiswa masih menunggu tindak lanjut dari surat edaran yang pertama, serasa bertepuk sebelah tangan kan? Mungkin saja Kemenag RI terinspirasi dari youtuber-youtuber yang sering nge-PRANK dan mencoba untuk mengaplikasikannya terhadap mahasiswa dan sialnya hal itu berhasil. Setelah apa yang tengah terjadi, respon mahasiswa seperti apa? Ya jelas saja geram dong. Bagaimana tidak, mereka memberikan kami janji itu, namun mereka sendiri yang mengingkari janjinya. Sialan kami dikibuli!
Namun, tak semua mahasiswa geram melihat tindakan itu. Ada yang biasa-biasa saja dan ada pula yang memilih pasrah saja. Wajar mahasiswa sekarang dicetak untuk ditindas, nalar kritis mereka ditukar dengan jaminan nilai (A) dan label anak yang berakhlak mulia, taat, patuh, tunduk, dan sesekali bisa menjilat. Mahasiswa sekarang lebih memilih cari aman entah mengamankan nilai atau mengamankan muka dari birokrasi. Diam melihat perjuangan yang ada dan tidak melakukan apa-apa namun ikut turut dalam euforia kemenangan. Dasar mahasiswa kurang ajar.
Dunia pendidikan sekarang mungkin atau memang sudah sangat mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, mahasiswa yang hanya sekedar bertanya saja dilabeli dengan sebutan mahasiswa kurang ajar sedangkan mahasiswa yang hanya diam melihat penindasan dan ketimpangan serta perampasan hak dilabeli dengan sebutan mahasiswa yang patuh, taat, tunduk dan berakhlak mulia. Ataukah tenaga pengajar sekarang sedang bercanda? Mungkin saja. Yah seperti lawakan yang baru-baru ini dikeluarkan dari mulut bapak Prof. Hamdan Juhannis selaku Rektor UIN Alauddin Makassar penulis buku Melawan Takdir. Beliau berkata “Menuntut penurunan spp, menuntut kuota itu membuktikan bahwa sebenarnya ketangguhan karakter itu belum tercapai“. Sedikit lucu namun lebih terlihat konyol. Jadi, mahasiswa yang menuntut penurunan SPP dikarenakan penentuan kategori uktnya yang tidak sesuai bapak sebut karakternya belum tangguh? Mahasiswa yang menuntut kuota karena harus mengeluarkan dana pribadi padahal mereka telah membayar SPP dan tidak menikmati fasilitas kampus bapak sebut karakternya belum tangguh? Mahasiswa bapak masih sadar bahwa hak mereka telah dirampas, makanya mereka menuntut. Atau memang bapak yang tidak sadar telah merampas hak mahasiswa bapak sendiri? Semoga bapak sadar dan cepat tersadarkan. Semoga saja!
Keadaan sekarang sudah sangat pelik, saatnya mahasiswa merebut haknya kembali. Semua harus diperjuangkan, yah pastinya dengan tindakan. Sekarang sudah bukan saatnya untuk cari aman, bukan hanya mampu mengoceh di status Whatsapp saja, semua butuh tindakan karena sekarang hak kita telah dirampas. Seperti yang dikatakan oleh salah satu mantan mahasiswa yang sekarang memilih menjadi pebisnis muda “percumako marah-marah di status whatsapp, nda sampeji, dan muatan kritiknya minim“. Yah semua itu akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan tindakan. Saat ini mahasiswa sedang melawan takdirnya, dan merebut kembali apa yang menjadi haknya.
Salam dari mahasiswa yang dilabeli kurang ajar karena bertanya.
Penulis : Andri Pranoto
Editor : Andi Tenriawaru A.Kahrir