Lahirnya generasi unggul yang menjadi kebanggaan bangsa, tentunya tidak lepas dari peran pendidikan yang sangat penting. Melalui pendidikan, seorang anak mulai diisi dengan berbagai disiplin ilmu yang dapat menjadi pondasi bagi pola pikir dan karakter anak untuk menghadapi perjalanan hidupnya dimasa yang akan datang. Saya mengutip sebuah pernyataan dari khalifah Ali bin Abi Thalib “Didiklah anak-anakmu sesuai zamannya karena mereka hidup bukan di zamanmu”. Kalimat yang singkat ini memberi indikasi bahwa kita harus membekali generasi pelanjut bukan hanya untuk saat ini, tapi dipersiapkan untuk menghadapi perjalanan hidup yang sulit dimasa yang akan datang, agar mereka mampu bersaing dan tidak tertinggal oleh perkembangan zaman.
Untuk menjadi Generasi yang Andal dan Berprestasi, tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Anak yang lahir tidak bisa instan menjadi pintar tanpa melalui proses didikan. Seperti yang saya alami dalam menempuh pendidikan. Di bangku sekolah dasar mulai diperkenalkan bagaimana bersikap sopan dan santun, berlanjut ke jenjang Sekolah Menengah Pertama, dibekali dasar ilmu pengetahuan, di Sekolah menengah Atas diajarkkan untuk berani berpendapat dan di perguruan tinggi diharapkan menjadi mahasiswa yang mampu berfikir kritis menilai benar atau salahnya suatu hal melalui penelitian. Seperti inilah gambaran singkat jenjang pendidikan kita.
Akan tetapi, dengan melihat kondisi saat ini, perkembangan teknologi yang semakin modern, jalur informasi yang semakin cepat, revolusi industri 4.0 yang menuntut dunia kerja beralih menggunakan tenaga mesin dari pada tenaga manusia akan membuat kita gagal bersaing jika hanya mengandalkan pembelajaran di kelas yang luasnya hanya 10×10 meter. Nah, apa yang bisa menunjang kemampuan kita untuk menjadi generasi yang unggul?. Sering kali saya mendengar dosen mengatakan pembelajaran di kelas hanya menunjang 20 persen, sedangkan 80 persen pelajaran diperoleh diluar kelas. Itu berarti kita harus menambah wawasan kita diluar daripada jam pelajaran di kelas.
Ada banyak kegiatan yang saya pikir sangat penting untuk membentuk kepribadian yang unggul antara lain meningkatkan budaya literasi, aktif di berbagai kepanitiaan, organisasi, mengikuti pelatihan, aktif dalam forum diskusi atau seminar dan berpartisipasi dalam perlombaan. Pengalaman dari kegiatan seperti inilah yang dapat menunjang skill dan kemampuan kita menjadi generasi pelanjut yang kuat.
Terfokus pada bidang keilmuan yang saya tekuni yakni Jurusan Akuntansi, saya melihat prospek kerja seorang akuntan yang cukup luas dan dibutuhkan disetiap instansi dan perusahaan, hal ini menjadi faktor pendorong banyaknya peminat untuk program studi akuntansi di berbagai jalur seleksi masuk perguruan tinggi, dan menjadi cerminan akan terciptanya alumni-alumni Akuntan yang sangat banyak. Dengan berbekal keterampilan dan keilmuan yang dimiliki, mereka bersaing untuk masuk di berbagai instansi atau perusahaan yang membutuhkan seorang akuntan. Namun, yang menjadi pokok persoalan, apakah Keterampilan dan penguasaan terhadap bidang akuntansi ini dilandasi oleh pendidikan karakter dan moral, ataukah hanya sebatas pada penguasaan akademik saja?.
Saya berfikir seperti ini karena melihat begitu banyak kasus-kasus kecurangan yang dilakukan seorang akuntan dalam menjalankan tugas-tugasnya. Seperti terjadinya Fraud, manipulasi laporan keuangan dan pemberian opini oleh akuntan publik atau auditor yang tidak transparan. Kecurangan ini, pernah terjadi pada perusahaan multipembiayaan PT Sunprima Nusantara Pembiayaan (PT SNP), bahkan terjadi di perusahaan multinasional British Telkom perusahaan besar milik inggris.
Kecurangan yang terjadi dalam pelaksanaan tugas sebagai seorang akuntan disebabkan rendahnya pendidikan moral. Mereka adalah orang-orang yang mahir dalam akademik tapi krisis dalam hal moral dan akhlak. Inilah yang menerpa pendidikan kita di Indonesia, begitu banyak generasi muda yang tidak dapat bersaing karena lemah dalam akademik, ada juga yang ahli dalam akademik tetapi lemah dalam hal etika, sehingga yang terjadi adalah berbagai bentuk kecurangan terjadi di mana-mana.
Saya kembali mengutip sebuah kalimat yang mengatakan, “Letak akhlak diatas dari pada ilmu”. Jika kita memahami isi dari kalimat ini, kita akan menemukan sebuah makna bahwa akhlak akan menjadi alat kontrol bagi ilmu yang kita miliki agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Berkaitan dengan hal ini, dalam akuntansi dikenal dan diberlakukan prinsip dan etika profesi akuntan. Dengan tujuan menciptakan akuntan yang handal, berkarakter, dan sesuai dengan standar akuntansi nasional dan internasional serta diharapkan mampu untuk mencegah terjadinya berbagai bentuk kecurangan.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), salah satu prinsip dasar etika profesi akuntan Yaitu prinsip integritas. Apa yang dimaksud dengan prinsip integritas?. Integritas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, metode-metode, ukuran-ukuran, prinsip-prinsip, dan dalam berbagai hal yang dihasilkan. Orang yang berintegritas berarti memiliki pribadi yang unggul, jujur dan memiliki karakter kuat. Sikap yang teguh mempertahankan prinsip dan menjadi dasar yang melekat pada diri sendiri sebagai nilai-nilai moral.
Seorang akuntan profesional harus memiliki integritas yang tinggi. Sebab hal inilah yang akan menjadi lirikan publik agar menyimpan kepercayaan kepada pemberi jasa akuntansi. Berbagai kecurangan dan pelanggaran dalam bidang kerja akuntan menjadikan publik mengalami degradasi kepercayaan, maka solusi yang tepat menghadapi masalah seperti ini adalah meningkatkan kinerja melalui prinsip integritas, yaitu, pemahaman terhadap karakter dan nilai-nilai moral. Selain itu, penguasaan akademik terhadap disiplin keilmuannya juga harus sesuai standar akuntansi yang berlaku. Keterampilan lain atau soft skill juga akan sangat mendukung daya saing dalam dunia kerja, misal jiwa kepemimpinan yang tinggi, keberanian berbicara di depan umum, komunikasi yang lancar dan pemberian pelayanan yang baik, akan sangat menentukan kelangsungan profesi kita ke depan.
Saya sendiri memilih jurusan akuntansi di perkuliahan karena akuntansi tidak hanya mengajarkan Tentang uang, bagaimana kita menghitung dan mengelolah keuangan dengan baik. Akan tetapi, akuntansi adalah ilmu yang mengajarkan tentang ketelitian, tanggung jawab dan kejujuran. Maka dari itu, menjadi seorang akuntan adalah hal yang sangat baik, apabila dilandasi dengan akhlak yang baik pula. Meskipun berorientasi pada kepentingan dunia namun jangan sampai melupakan orientasi terhadap kehidupan akhirat.
Penulis : Hardiwansyah
Editor : A.Afiyah Nafisah Barokah